Mimpi Pendapatan Dasar Lee Jae-myung: Menjelajahi Model Baru untuk Masyarakat Masa Depan
Salah satu ciri menonjol dalam karir politik Presiden baru Korea Selatan, Lee Jae-myung, adalah antusiasmenya terhadap sistem pendapatan dasar. Dari Kota Seongnam hingga Provinsi Gyeonggi, dan kemudian ke seluruh negara, Lee Jae-myung terus mendorong praktik ide ini. Tujuannya adalah agar di era kecerdasan buatan, setiap orang dapat berbagi kekayaan sosial tanpa syarat.
Pendapatan dasar, yang juga dikenal sebagai pendapatan dasar universal atau pendapatan dasar tanpa syarat (UBI), adalah pendapatan tunai yang diberikan secara berkala kepada semua warga negara tanpa perlu survei kondisi ekonomi atau persyaratan kerja. Konsep ini telah ada sejak lama, mulai dari Thomas More pada abad ke-16 hingga pemenang Hadiah Nobel Ekonomi abad ke-20, banyak pemikir telah membahasnya. Dalam beberapa tahun terakhir, dengan perkembangan kecerdasan buatan, diskusi tentang UBI kembali menghangat, dan beberapa negara telah melakukan percobaan pilot terkait.
Lee Jae-myung pertama kali menerapkan kebijakan pendapatan dasar untuk pemuda berusia 24 tahun pada tahun 2016, dengan setiap orang menerima 1 juta won. Meskipun menghadapi kritik, langkah ini mencapai hasil yang signifikan dan memberinya dukungan luas. Setelah terpilih sebagai Gubernur Gyeonggi-do pada tahun 2018, ia memperluas program tersebut ke cakupan yang lebih besar. Pada tahun 2022, ia meluncurkan eksperimen yang lebih berani di daerah pedesaan, memberikan tunjangan sebesar 150 ribu won per bulan untuk semua penduduk sebuah desa selama lima tahun.
Dalam pemilihan presiden 2022, Lee Jae-myung mengajukan rencana UBI yang komprehensif, tetapi menghadapi penolakan yang kuat. Akhirnya, ia kalah tipis. Setelah mengambil pelajaran, Lee Jae-myung menyesuaikan strateginya dalam kampanye 2025, lebih menekankan pada pengembangan ekonomi dan inovasi teknologi. Namun, UBI tetap menjadi inti dari ideologinya.
Visi "Sosial Dasar" yang diajukan oleh Lee Jae-myung mencerminkan komitmennya yang berkelanjutan terhadap UBI. Ia percaya bahwa di era di mana AI dan robot mendominasi produksi, keuntungan teknologi harus dibagikan kepada seluruh masyarakat. Ide ini bertujuan untuk mengatasi polarisasi sosial, dampak revolusi teknologi, serta melindungi hak ekonomi warga negara.
Di Korea Selatan, UBI telah secara bertahap menjadi topik diskusi utama dari pemikiran pinggiran. Tidak hanya ada partai politik khusus yang mendukung ide ini, tetapi juga faksi politik lainnya mulai memperhatikan masalah ini. Namun, pelaksanaan UBI secara luas masih menghadapi banyak tantangan, termasuk keberlanjutan fiskal, pencapaian konsensus sosial, dan lain-lain.
Penjelajahan Lee Jae-myung mengajukan pertanyaan mendalam: di era teknologi yang sangat maju, bagaimana cara menjaga martabat dan nilai manusia? Ini mungkin adalah warisan terpenting yang ia tinggalkan di panggung politik—bukan jawaban yang pasti, tetapi sebuah pertanyaan abadi tentang bagaimana umat manusia mempertahankan nilai diri mereka di era teknologi.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Lee Jae-myung mendorong sistem pendapatan dasar untuk mengeksplorasi model distribusi kekayaan baru di era AI
Mimpi Pendapatan Dasar Lee Jae-myung: Menjelajahi Model Baru untuk Masyarakat Masa Depan
Salah satu ciri menonjol dalam karir politik Presiden baru Korea Selatan, Lee Jae-myung, adalah antusiasmenya terhadap sistem pendapatan dasar. Dari Kota Seongnam hingga Provinsi Gyeonggi, dan kemudian ke seluruh negara, Lee Jae-myung terus mendorong praktik ide ini. Tujuannya adalah agar di era kecerdasan buatan, setiap orang dapat berbagi kekayaan sosial tanpa syarat.
Pendapatan dasar, yang juga dikenal sebagai pendapatan dasar universal atau pendapatan dasar tanpa syarat (UBI), adalah pendapatan tunai yang diberikan secara berkala kepada semua warga negara tanpa perlu survei kondisi ekonomi atau persyaratan kerja. Konsep ini telah ada sejak lama, mulai dari Thomas More pada abad ke-16 hingga pemenang Hadiah Nobel Ekonomi abad ke-20, banyak pemikir telah membahasnya. Dalam beberapa tahun terakhir, dengan perkembangan kecerdasan buatan, diskusi tentang UBI kembali menghangat, dan beberapa negara telah melakukan percobaan pilot terkait.
Lee Jae-myung pertama kali menerapkan kebijakan pendapatan dasar untuk pemuda berusia 24 tahun pada tahun 2016, dengan setiap orang menerima 1 juta won. Meskipun menghadapi kritik, langkah ini mencapai hasil yang signifikan dan memberinya dukungan luas. Setelah terpilih sebagai Gubernur Gyeonggi-do pada tahun 2018, ia memperluas program tersebut ke cakupan yang lebih besar. Pada tahun 2022, ia meluncurkan eksperimen yang lebih berani di daerah pedesaan, memberikan tunjangan sebesar 150 ribu won per bulan untuk semua penduduk sebuah desa selama lima tahun.
Dalam pemilihan presiden 2022, Lee Jae-myung mengajukan rencana UBI yang komprehensif, tetapi menghadapi penolakan yang kuat. Akhirnya, ia kalah tipis. Setelah mengambil pelajaran, Lee Jae-myung menyesuaikan strateginya dalam kampanye 2025, lebih menekankan pada pengembangan ekonomi dan inovasi teknologi. Namun, UBI tetap menjadi inti dari ideologinya.
Visi "Sosial Dasar" yang diajukan oleh Lee Jae-myung mencerminkan komitmennya yang berkelanjutan terhadap UBI. Ia percaya bahwa di era di mana AI dan robot mendominasi produksi, keuntungan teknologi harus dibagikan kepada seluruh masyarakat. Ide ini bertujuan untuk mengatasi polarisasi sosial, dampak revolusi teknologi, serta melindungi hak ekonomi warga negara.
Di Korea Selatan, UBI telah secara bertahap menjadi topik diskusi utama dari pemikiran pinggiran. Tidak hanya ada partai politik khusus yang mendukung ide ini, tetapi juga faksi politik lainnya mulai memperhatikan masalah ini. Namun, pelaksanaan UBI secara luas masih menghadapi banyak tantangan, termasuk keberlanjutan fiskal, pencapaian konsensus sosial, dan lain-lain.
Penjelajahan Lee Jae-myung mengajukan pertanyaan mendalam: di era teknologi yang sangat maju, bagaimana cara menjaga martabat dan nilai manusia? Ini mungkin adalah warisan terpenting yang ia tinggalkan di panggung politik—bukan jawaban yang pasti, tetapi sebuah pertanyaan abadi tentang bagaimana umat manusia mempertahankan nilai diri mereka di era teknologi.